Waspada Bahaya Mengintai di Era Cashless Society
19 Maret 2019, 09:00:02 Dilihat: 531x

Jakarta, CNN Indonesia -- Seiring perkembangan teknologi, transaksi nontunai atau cashless dalam setiap transaksi pembayaran akan menjadi sebuah keniscayaan.Indonesia pun tak luput dari tren cashless society tersebut.
Transaksi nontunai memang tengah mendapat angin segar di Indonesia, terutama dari pesatnya pembangunan infrastruktur pendukung trend tersebut. Menurut riset eMarketer, sebuah lembaga riset digital marketing, jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia diprediksi mencapai lebih dari 100 juta orang pada 2018 kemarin.
Dengan jumlah itu, Indonesia menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika.
Sementara itu, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) dalam surveinya yang bertajuk Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017 menyebutkan pengguna internet di Indonesia meningkat menjadi 143,26 juta pengguna. Jumlah pengguna internet tersebut meningkat 10,56 juta jiwa dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 132,7 juta orang.
Jumlah pengguna internet tersebut mewakili 54,7 persen dari total populasi penduduk. Kondisi ini membuat penyedia layanan keuangan digital (financial technology/fintech) untuk transaksi pembayaran makin menjamur di Indonesia.
Sebut saja, deretan nama-nama fintech pembayaran mulai dari OVO, GoPay, Dana, Doku, Midtrans, dan lain sebagainya. Tak ketinggalan, LinkAja yang merupakan perusahaan patungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penyedia layanan keuangan digital juga muncul.
Secara umum, mereka memberikan layanan dompet digital atau digital wallet. Dompet digital ini memungkinkan penggunanya untuk menyimpan uang di aplikasi, kemudian memanfaatkannya untuk transaksi pembayaran di merchant offlinemaupun online.
Perencana Keuangan Safir Senduk mengatakan prinsip transaksi pada layanan keuangan digital serupa dengan rekening bank. Hanya saja, pengguna bisa bertransaksi lewat aplikasi, sehingga lebih efisien.
Namun demikian, bukan berarti penggunanya bisa abai terhadap pengelolaan keuangan. Agar tidak terlena dengan penggunaan transaksi digital, ia menyarankan agar isi saldo pada dompet digital disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
"Penggunaan dompet digital ujungnya untuk pembayaran makanan dan transportasi. Mungkin belum banyak orang untuk membayar listrik dan hal lain. Jadi, sebaiknya sisihkan uang untuk kebutuhan makanan dan transportasi saja," kata Safir kepada CNNIndonesia.com.
Ia juga menyarankan agar masyarakat tidak mudah tergiur dengan iming-iming pengembalian uang atau cashback. Tak dipungkiri lagi, untuk menarik minat penggunanya beberapa dompet digital memberikan cashback dalam nominal yang menggiurkan.
Sebut saja OVO. Mereka menawarkan cashback hingga 60 persen untuk beberapa transaksi di merchant saat tanggal penerimaan gaji. Tak jauh berbeda, GoPay. Mereka juga menawarkan program Pay Day yang menawarkan cashback hingga 50 persen saat gajian.
Di luar tanggal penerimaan gaji, keduanya juga berlomba-lomba menawarkan cashback kepada konsumen.
Alih-alih membantu pengguna makin efisien dalam mengelola uang, iming-iming cashback tersebut justru membuat penggunanya makin konsumtif. Oleh sebab itu, ia mengimbau pengguna dompet digital untuk bertransaksi sesuai kebutuhan.
"Jadi fokusnya pada belanja bukan ke cashback-nya. Kalau belanja karena cashback, semua pasti menawarkan cashback. Jadi sebaiknya betul-betul fokus apa yang dibutuhkan saja," ujarnya.
Perencana keuangan Tatadana Consulting Tejasari Asad mengatakan masyarakat saat ini masih terlena dengan euforia cashless, lantaran ini merupakan inovasi di bidang keuangan. Ia menekankan agar masyarakat tetap mendahulukan investasi dan tabungan.
"Selalu tertib setiap bulan untuk investasi atau nabung dahulu. Misalnya gajian sebaiknya langsung dicicil untuk tabungan dan investasi, dan membayar kewajiban," katanya.
Agar tidak tergiur dengan tawaran manis cashback, Tejasari menyatakan pengguna untuk membedakan rekening bank untuk mengisi dompet digital dengan rekening untuk memenuhi kebutuhan utama. Di sinilah pentingnya penyusunan anggaran atau budgeting sebelum menggunakan uang.
Termasuk, mengalokasikan anggaran untuk dompet digital sesuai dengan kebutuhan. "Kita harus membuat budget, misalnya untuk kebutuhan makan dan transportasi Rp1 juta sebulan. Kalau sudah habis ya sudah, tidak bisa ditambahkan lagi," katanya.
Ia juga mengingatkan masyarakat untuk menghindari penggunaan utang dalam transaksi cashless. Meskipun, fasilitas tersebut memberikan kemudahan bagi penggunaannya.
Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menekankan penggunaan transaksi nontunai sama halnya ketika memakai uang tunai. Dengan demikian, kunci utamanya bukan pada produknya tapi bagaimana masyarakat menggunakan dan mengelola uangnya.
"Intinya kalau kita mengeluarkan uang harus mengutamakan kebutuhan dan kewajiban dulu baru keinginan. Jadi kewajiban, kebutuhan, baru keinginan," katanya.
Ia menuturkan transaksi nontunai sebenarnya memiliki beberapa keuntungan. Pertama, transaksi relatif aman. Sebab, jika penggunaan ingin bertransaksi maka dibutuhkan kode atau pin khusus yang hanya diketahui oleh pengguna.
"Dalam hal ini mungkin saja handphone kita hilang, tetapi uangnya tidak hilang, berbeda dengan dompet hilang maka uangnya hilang," kata Eko.
Kedua, transaksi nontunai menghindarkan adanya penggunaan uang palsu dalam bertransaksi. Dalam jangka panjang, Eko meyakini, transaksi nontunai juga berpotensi mengurangi adanya praktis korupsi.
Ketiga, transaksi nontunai bersifat praktis dan efisien. Dengan adanya beralam alat transaksi pembayaran, masyarakat tidak perlu lagi membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Keempat, bagi Bank Indonesia transaksi nontunai bisa mengurangi anggaran untuk mencetak uang. Selanjutnya, anggaran itu bisa dialokasikan untuk kebutuhan lainnya.
Selain itu, lewat transaksi nontunai, pemerintah bisa memantau aliran dan tren konsumsi masyarakat.
Namun demikian, transaksi nontunai juga memiliki kelemahan. Salah satunya tergantung teknologi, sehingga memiliki potensi gangguan. Jika terjadi gangguan, maka dikhawatirkan akan mengganggu keuangan penggunanya.
Selain itu, transaksi nontunai juga dapat membuat penggunanya menjadi konsumtif. Pasalnya, transaksi nontunai memudahkan akses kepada konsumsi. Terlebih dengan adanya berbagai promosi. Disinilah pentingnya edukasi penggunaan transaksi nontunai bagi masyarakat.
"Harus diberikan edukasi dan pembelajaran lagi. Transaksi cashless seharusnya tidak membuat kita tambah boros tapi malah membuat kita merencanakan keuangan dengan baik," kata Eko.
Sumber : cnnindonesia.com
Share:

UN Videos

Visiting Professor, Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.