Monyet Ekor Babi Terancam Punah
21 Juli 2012, 09:21:18 Dilihat: 448x

Hewan ini diyakini hanya satu jenis pada tingkat genus.
Sabtu, 21 Juli 2012, 05:01Ita Lismawati F. Malau, Eri Naldi (Padang)
Simakobu atau monyet ekor babi (SCBEri Naldi (Padang))(SCBEri Naldi (Padang))
VIVAnews - Populasi Simakobu atau monyet ekor babi terancam punah. Primata endemik Mentawai, Sumatera Barat ini kian terpinggirkan akibat perambahan hutan dan perburuan tradisional.
Survei bersama Balai Taman Nasional Siberut (TNS) dan UNESCO tahun 2011 menunjukkan populasi binatang dengan nama latin Simias concolor itu di taman nasional tersebut mencapai 8.739 ekor. Diperkirakan, dalam 10 tahun terakhir populasi Simakobu mengalami penurunan hingga 80 persen.
International Union for Conservation Nature (IUCN) menetapkan Simakobu sebagai 25 primata yang paling terancam di dunia dengan status kritis (endangered). Tahun 2006 lalu, jumlah Simakobu dirilis mencapai 6.700 hingga 17.300 ekor.
Tidak hanya monyet ekor babi, survei yang dilakukan balai taman nasional tahun 2011 lalu juga menata primate endemik Mentawai lainnya, yaitu: Bokkoi atau Beruk Mentawai/Macaca siberu (11.365 ekor), Joja atau Lutung/ Presbytis potenziani(14.094 ekor), dan Bilou atau Siamang Mentawai/Hylobates klosii (7.991 ekor).
Angka ini diperoleh dari total survei di 18 titik dengan metode transek jalur tertutup (closed circuit line transek) secara acak dengan ukuran per petak mencapai 925 x 925 meter. Total panjang wilayah yang masuk dalam cakupan survei ini mencapai 2.823 kilometer—dari 190.500 hektare luas TNS.
Hasil ini dinilai masih terhitung baik oleh pengelola TNS. Data ini akan dijadikan dasar untuk melakukan penelitian pada tahun 2014. “Pelaksanaan survei dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali per masing-masing petak contoh,” kata Kepala Balai TNS, Jusman kepadaVIVAnews.
Status primata endemik ini nyaris sama. Bokkoi berstatus Criticcally Endangered; Joja berstatus Endangered dan dalam daftar CITES, Joja termasuk ke dalam Appendix I atau species hidupan liar yang tidak boleh diperdagangkan. Hal serupa juga dialami Bilou: berada dalam kondisi genting (Endangered Species) dan tidak boleh diperdagangkan.
Sejumlah peneliti percaya empat species endemik ini masih menghuni empat pulau besar di Kepulauan Mentawai—Pagai Utara, Pagai Selatan, Siberut, Sipora. Namun, berapa populasinya hingga kini masih misteri. “Belum ada yang melaporkan primata ini hilang dari empat pulau besar itu, jumlahnya yang diyakini terus menurun sesuai status," kata dosen biologi Universitas Andalas Padang Rizaldi pada VIVAnews.
Spesies Tunggal
Simakobu yang sering disebut sebagai monyet ekor babi mempunyai ciri unik yang diyakini sebagai spesies tunggal (monoleptik). Hewan ini diyakini hanya satu jenis pada tingkat genus. Dari sisi morofologi, hidung pesek dan ekor pendek melingkar menjadi ciri khas hewan yang mengagumkan ini.
Hanya saja, keyakinan Simakobu sebagai spesies tanpa saudara masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Ada juga ahli yang menilai bahwa Bekantan (Nasalis larvatus) --primata eksotis berhidung mancung di Kalimantan-- sebagai saudara terdekat Simakobu.
“Dari sisi morfologi, dan pola makannya nyaris sama. Kedua primata ini sama-sama mengonsumi daun-daunan dan tidak bisa mencerna buah yang telah masak,” kata Rizaldi.
Data taman nasional, Simakobu merupakan primata yang paling banyak diburu. Sebagai spesies tunggal di tingkat genus, Simakobu menempati posisi penting sebagai hewan yang paling terancam statusnya. Kerusakan hutan disepakati sebagai penyebab utama berkurangnya jumlah spesies ini di bumi.
Sedangkan perburuan tradisional dianggap hanya bersifat insidentil dan tidak menyumbang kematian Simakobu dalam jumlah besar. Susilo Hadi dan Thomas Zieglera dalam tulisannya: Group structure and physical Characteristics of Simakobu monkeys yang dimuat lama SCP (Siberut Conservation Programme), menyatakan bahwa perburuan tradisional menyumbang tekanan relatif rendah bagi populasi Simakobu. Primata ini sesekali dibunuh dalam perburuan tradisional sebagai sumber protein hewani.
“Perburuan tradisional ini hanya begitu-begitu saja, kita yang mengenalkan alat lebih baik untuk berburu sehingga hasilnya bisa lebih maksimal,” ujar Rizaldi. Hasil penelitiannya dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa perburuan tradisional hanya bersifat insidentil.
Menurut Rizaldi, illegal logging dan legal logging yang menyebabkan habitat primata endemik Mentawai ini kian terpinggirkan. Alih fungsi lahan ini diyakininya menjadi penyebab utama menipisnya populasi primata endemik tersebut.
Terancam Punah
Dengan statusnya yang kritis, Simakobu bisa saja hilang dari muka bumi. Menurut Rizaldi, primata ini mempunyai peran ekologi dan kontroler terhadap habitatnya. “Peran sebagai penyebar biji untuk regenerasi hutan pasti akan terganggu, khususnya bagi spesifik tumbuhan tertentu,” ujar Rizal.
Hal ini, menurutnya, perlu mendapat kajian serius untuk menentukan peran apa yang dimainkan keempat primata endemik Mentawai tersebut dalam menjaga keseimbangan alam setempat. Kepunahan salah satu hewan, diyakini akan meningkatkan populasi kompetitor satwa tersebut sehingga merusak keseimbangan alam. (umi)
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.