Jum'at, 28 September 2012 - 13:55 wib wib
Nurul Arifin - Okezone
Ilustrasi bebek (Foto: Dailymail)
SURABAYA- Jika Yang Maha Kuasa menghendaki hambanya naik haji, maka Allah akan menunjukkan jalannya dengan berbagai cara. Bahkan telur bebek pun bisa mengantarkan hamba Allah untuk bisa berkunjung di rumah besar umat Islam, Makkah.
Tidak pernah terlintas di pikiran Slamet Daroini bisa memberangkatkan haji dirinya dan orangtua. Warga Dusun Subontoro, Desa Kebon Duren, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, itu menuai sukses setelah beralih menjadi pengusaha telur bebek.
"Alhamdulilah, saya sudah memberangkatkan orangtua saya ke Makkah dan Madinah. Kali ini mertua saya sudah saya daftarkan untuk berangkat haji," tutur Slamet ketika ditemui di kediamannya belum lama ini.
Slamet bercerita, bisnis bebek dibangun pada 1997. Saat itu, ekonomi keluarganya sedang sulit dan kondisi ekonomi Indonesia saat itu tidak stabil.
Pilihan berternak Bebek pun dilakukan sebagai kerja sampingan. Saat itu, dia mulai dengan 178 ekor Bebek dengan dibangun kandang tepat di belakang rumahnya.
Alasan memilih beternak Bebek, karena dari segi kandangnya bisa dikategorikan paling murah dan tidak terlalu sulit. Selain itu, karakter unggas jenis bebek ini tidak mudah terserang penyakit.
Slamet memilih membudidayakan bebek peking sebagai pejantan dan bebek lokal sebagai petelur. Saat itu harga bebek dan telur masih murah.
Nasib untung pun berpihak pada Slamet. Pada 1998 karena pengaruh krisis, harga telur naik, dari semula Rp250 per butir menjadi Rp600 per butir. Ditambah lagi, dengan peternakannya semakin produktif.
Melihat peluang bisnis yang terbuka lebar itu, Slamet banting setir menjadi pengepul telur bebek dari beberapa peternak yang ada di kampung halamannya. Slamet juga mulai berani mengambil pinjaman untuk memperbesar kapasitas kandang bebek serta mendatangkan pakan.
"Untuk pertama kali saya pinjam uang sebesar Rp15 Juta untuk biaya kandang dan pakan," tuturnya.
Slamet pun berkerja keras untuk menutup pinjaman tersebut. Seiring waktu berjalan, pinjaman itupun tak menjadi beban dan malah membawa keuntungan. Bisnis telur bebeknya bisa dibilang lancar dan kini Slamet memelihara 3.000 ekor bebek.
Untuk memenuhi kebutuhan pakan bebek yang terdiri dari campuran Katul, Kebi, Kremis dan Karak (Nasi Aking), Slamet mendapat bantuan mesin mixer dari pemerintah setempat.
Mesin Mixer inipun sedianya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi para peternak yang tergabung dalam Kelompok ternak 'Nova Bersaudara'.
"Pakan-pakan bebek ini banyak didatangkan dari Kabupaten Pati, Brebes, dan Mojosari. Per hari untuk biaya pakan sebesar Rp50 ribu," terangnya.
Jumlah Rp50 ribu per hari adalah konsumsi pakan untuk 100 ekor bebek. Total sehari untuk pakan untuk 3.000 ekor bebek sebesar Rp1,5 Juta per hari. Tidak hanya itu, untuk membantu usahanya Slamet mempekerjakan 12 orang karyawan dengan upah antara Rp700 ribu hingga Rp900 ribu per bulan.
Slamet menjelaskan, dalam sehari bebeknya mampu memroduksi telur hingga 1.800 butir. Namun jumlah tersebut ternyata belum memenuhi pesanan, sehingga dia harus mengumpulan telur dari peternak lainnya.
“Satu minggu empat kali pengiririman sebanyak empat truk. Satu truk mampu mengangkut 90.720 butir telur," rincinya.
Untuk kerja kerasnya, Slamet bersama UD Nova Sejahtera beromzet puluhan juta per bulan. "Alhamdulilah saat ini UD Nova Sejahtera memiliki omzet Rp50Juta per bulan," ujarnya.
(kem)