Bukan di RI, Karier Ekspatriat di 5 Negara Ini Gaji Selangit
04 September 2021, 09:05:55 Dilihat: 441x
Jakarta - Jepang mengambilalih posisi Inggris sebagai tempat paling mahal untuk mengirim karyawan bekerja luar negeri. Hal ini terungkap dalam sebuah survei "MyExpatriate Market Pay" yang dilakukan oleh perusahaan data ECA International.
Paket penghasilan (termasuk gaji) bagi rata-rata ekspatriat bekerja di Jepang memakan biaya sebesar US$ 405.685 atau setara dengan Rp 5,88 miliar (kurs Rp 14.500/US$) bagi perusahaan.
Angka tersebut lebih dari pusat bisnis internasional lainnya, menurut survei "MyExpatriate Market Pay" tersebut.
Studi - yang memperhitungkan gaji tunai, tunjangan dan pajak - ini menunjukkan kenaikan biaya keseluruhan paket ekspatriat tingkat menengah di Jepang.
Peningkatan ini terjadi bahkan ketika kota-kata di belahan dunia lain mengalami penurunan harga akomodasi dan tunjangan yang terdampak karena pandemi.
Inggris turun dari posisi teratas ke peringkat kedua sebagai lokasi termahal untuk mengirimkan karyawan ke luar negeri pada tahun 2020. Negara lainnya yang masuk dalam lima peringkat teratas dalam daftar biaya keseluruhan adalah India, Cina, dan Hong Kong.
Negara Termahal untuk Pekerja Ekspatriat
Sedangkan lima negara lain yang melengkapi sepuluh besar adalah Prancis, Amerika Serikat, Swiss, Argentina, dan Taiwan.
Direktur regional ECA International, Lee Quane, mengatakan kenaikan di Jepang terutama disebabkan oleh fluktuasi mata uang, dengan yen Jepang tetap stabil relatif terhadap dolar AS sepanjang tahun lalu.
"Terdapat pula inflasi di beberapa area dalam paket kompensasi dan tunjangan," katanya, dilansir CNBC International, Jumat (3/9).
"Misalnya, tidak seperti banyak lokasi lain di Asia, biaya perumahan mengalami kenaikan moderat di Tokyo pada tahun 2020 dibandingkan 2019. Ini berkontribusi pada biaya tunjangan yang lebih tinggi, dan akibatnya, menyebabkan biaya keseluruhan naik," katanya.
Studi tahunan bertujuan untuk membantu perusahaan yang ingin merelokasi staf dengan membandingkan paket mereka dengan pasar. Selain gaji tunai, banyak pengusaha memberi kompensasi kepada pekerja ekspatriat dengan tunjangan seperti akomodasi, biaya sekolah, dan transportasi.
Tahun ini, biaya keseluruhan untuk mempekerjakan pekerja ekspatriat secara umum mengalami penurunan karena pandemi dan pembatasan perjalanan yang diakibatkannya menurunkan permintaan - dan oleh karena itu biaya - akomodasi dan tunjangan lainnya.
Di banyak tempat, take home pay (THP) atau total akumulasi penghasilan yang diperoleh ekspatriat juga tertekan, turun dibandingkan dengan level 2019.
"Biaya mempekerjakan ekspatriat di Hong Kong lebih rendah pada tahun 2020 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tetapi ini menunjukkan tren global yang jauh lebih besar," kata Quane.
"Sementara gaji ekspatriat di Hong Kong naik kurang dari 1%, pengusaha dapat memperoleh manfaat dari biaya akomodasi yang lebih rendah, dan mengurangi jumlah dukungan keuangan yang diberikan untuk perumahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya."
Namun, ada beberapa pengecualian yang menonjol tahun ini. Taiwan, Kanada, dan Maroko adalah tiga lokasi yang bergabung dengan 20 besar pada tahun 2020 karena biaya keseluruhan paket ekspatriat meningkat.
"Biaya mempekerjakan ekspatriat tingkat menengah di Taiwan mengalami kenaikan US$ 10.733 tahun lalu," kata Quane, mencatat respons kuat menghadapi pandemi yang mendorong kenaikan harga rumah.
"Akibatnya, Taiwan telah melampaui negara-negara seperti Korea Selatan dan Australia dalam peringkat kami, dan sekarang menjadi lokasi termahal kesepuluh untuk mempekerjakan staf ekspatriat."